Stenosis dalam istilah medis bukan hal yang baru dan jarang terdengar. Begitu sering dialami bagi para lanjut usia bahkan kalangan paruh baya sekalipun (usia di atas 40 tahun). Stenosis atau yang sering dikenal dengan istilah penyempitan dipembuluh darah koroner bukanlah hal baru. Dasar awal dari masalah infarksi miokardial adalah adanya stenosis ini.Infarksi adalah jaringan mati, sedangkan miokardial berarti otot jantung. Jadi kesimpulan dari infarksi miokardial adalah kematian jaringan pada otot jantung, atau sering dikenal oleh masyarakat awam adalah “serangan jantung”.Jantung kita memiliki dua arteri koroner utama. Arteri koroner kanan dan kiri. Dengan jumlah cabang yang banyak dan kecil, arteri-arteri koroner ini, seperti arteri-arteri lainnya yang memasok darah kebagian tubuh lainnya; bercabang dari aorta. Jantung kita harus menerima oksigen dan bahan makanan yang perlu secara konstan dari arteri-arteri koroner ini dan bukannya dari darah yang melewati serambi jantung. Arteri koroner relative kecil, dengan diameter sekitar 2 sampai 3 mm pada jantung yang normal. Paparan di atas, sekilas tentang begitu banyaknya masalah yang dihadapi jantung sebagai inti organ dari kehidupan, seperti yang kita tahu bahwa jantung adalah organ vital yang memang harus terjaga kesehatannya.

Seperti bapak berusia 56 tahun ini. Bapak berdarah batak ini sudah begitu lelah karena seringkali masuk rumah sakit dengan problem yang sama.Awal tahun 2000, mendapat serangan dan dilarikan kerumah sakit Pekan Baru, Riau selama 7 hari. Karena peralatan tak memadai akhirnya dirujuk kerumah sakit swasta di Jakarta dan dilakukan kateterisasi. Selanjutnya dilakukan pemasangan 2 ring/stent di Malaka, Malaysia.             Tujuh tahun kemudian, mendapat serangan kembali; dan perlu diketahui selama kurun waktu 7 tahun pasca pemasangan ring nyeri dada kiri masih tetap ada namun intensitasnya tak sehebat ketika sebelum pemasangan ring. Sesak napas, nyeri dada kiri / kanan dan sakit pinggang kini semua kembali muncul. Olah raga ringan pada hal sudah rutin dilakukan oleh pak Ismail, namun demikian lagi-lagi beliau harus masuk rumah sakit selama 5 hari. Selanjutnya karena masih rasa tidak nyaman, ditahun 2011 bapak 3 putra ini masuk kembali kerumah sakit yang berbeda, disana dilakukan serangkaian tes, dari EKG, echo dan lainnya. Hasil tes menunjukan adanya stenosis (penyempitan) lagi.Karena merasa lelah wara-wiri kebanyak rumah sakit, akhirnya beliau memutuskan untuk menkonsumsi obat yang diresepkan dokter. Konsekuensinya seringkali pinggang terasa sakit dan panas, dada pun tetap ada rasa nyeri hingga tembus punggung dan bahu bahkan hingga rahang. Melihat sang suami dalam keputusasaan, ibu Vonny pun mencari info tentang solusi lain untuk problem jantung, tapi lagi-lagi hatinya tidak yakin dengan metode yang di infokan tersebut. Hingga pada suatu ketika, putra bungsunya melihat sebuah tayangan info kesehatan ala ‘terapi hirudo” ditelevisi swasta, disitulah muncul keinginan mencoba, karena menurutnya “terapi hirudo”lebih bisa diterima logika dan akal sehatnya.Pertengahan November bapak yang masih aktif dikesatuannya ini pun, berjalan penuh doa dan harapan; mengikuti pengobatan secara continue. Bukan hal yang mudah melewati prosesnya karena ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan, seperti mengangkat beban berat dan memakan makanan yang dilarang karena dapat mengganggu kinerja jantung.Hal utama yang dirasa adalah, napas jadi lebih teratur, detaknya mulai normal dan sakit pinggang bertahun-tahun pun memudar. Bagaimana pun hasilnya yang utama adalah bila pasien mengikuti aturan yang dibuat maka hasil pun akan jauh lebih baik karena segala sesuatu harus diawali dari hati pasien itu sendiri. Sejauh mana keinginannya untuk sembuh, maka bisa ada kerjasama untuk saling membantu dalam satu ikatan hati dan doa, “terapi hirudo” hanya sebagai solusi tapi semua keputusan ada dihati pasien, jadi yakinlah untuk sembuh karena segala apa yang sakit Tuhan sudah siapkan obatnya.